techinlife.info – China saat ini mendominasi pasar kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) di Asia Tenggara, menggeser posisi perusahaan otomotif besar dari Jepang dan Korea Selatan, sebagaimana dilaporkan oleh Counterpoint Research.
BYD, sebuah produsen mobil listrik dari China, memimpin penjualan yang meningkat di kawasan ini, mengikis pasar kendaraan bermesin pembakaran internal yang selama ini dikuasai oleh merek Jepang dan Korea Selatan. Abhik Mukherjee, seorang analis dari Counterpoint, menyatakan bahwa kegagalan produsen Jepang dan Korea dalam mengadopsi teknologi kendaraan listrik telah membuka peluang bagi produsen China untuk memasuki dan mendominasi pasar ini.
Menurut data yang dirilis oleh Reuters pada tanggal 22 Juni 2024, lebih dari 70% penjualan kendaraan listrik di Asia Tenggara berasal dari merek-merek China, dengan BYD menyumbang sebanyak 75% dari penjualan tersebut pada kuartal pertama tahun sebelumnya.
Thailand, yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di ASEAN, telah menjadi lokasi strategis bagi produsen mobil China, dengan investasi lebih dari US$1,44 miliar atau sekitar Rp 23,7 triliun untuk membangun fasilitas produksi kendaraan listrik baru.
Selain itu, pusat manufaktur mobil regional yang melibatkan Toyota Motor dan Honda Motor dari Jepang juga berkontribusi pada 55% dari total penjualan kendaraan listrik di Asia Tenggara pada kuartal pertama, dimana segmen ini tumbuh sebesar 44% dibandingkan tahun sebelumnya.
Vietnam, di sisi lain, mencatat pertumbuhan penjualan kendaraan listrik yang sangat mengesankan, dengan peningkatan lebih dari 400%, yang menyumbang hampir 17% dari penjualan kendaraan listrik di kawasan tersebut.
BYD tetap mempertahankan posisi teratas sebagai produsen kendaraan listrik terlaris di China dengan menguasai 47% pangsa pasar regional, diikuti oleh VinFast dari Vietnam.
Kemitraan distribusi dengan konglomerat lokal besar telah membantu BYD memperkuat posisinya di Asia Tenggara, yang relatif kecil dibandingkan dengan pasar lainnya. Meskipun Tesla, produsen mobil listrik AS, telah melihat penurunan pangsa pasarnya di kawasan ini menjadi 4%, penjualannya masih tumbuh sebesar 37% dalam periode yang sama.
Negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Thailand dan Indonesia, telah meluncurkan insentif untuk merangsang permintaan EV dan menarik investasi baru, sebuah inisiatif yang telah ditanggapi dengan baik oleh produsen mobil China dalam persaingan harga yang ketat di pasar domestik mereka.
Seperti yang dikatakan Mukherjee, “Asia Tenggara menjadi kawasan ekspansi utama bagi OEM China,” menandai perubahan signifikan dalam dinamika pasar kendaraan listrik regional.